Kamis, 26 Februari 2015

[008] Al Anfaal Ayat 008

««•»»
Surah Al Anfaal 8

لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ
««•»»
liyuhiqqa alhaqqa wayubthila albaathila walaw kariha almujrimuuna
««•»»
Agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.
««•»»
so that He may confirm the truth and bring falsehood to naught, though the guilty should be averse.
««•»»

Kemudian daripada itu Allah swt. menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa kemenangan yang mereka peroleh itu tiada lain agar tegaklah kebenaran (agama Islam) dan lenyaplah kebatilan (syirik). Inilah tujuan utama yang harus dipilih kaum Muslimin pada waktu melakukan peperangan.

Tujuan untuk menegakkan agama Islam dan menghancurkan kemusyrikan itu tidak akan tercapai, terkecuali apabila kaum Muslimin dapat mengalahkan bala tentara Quraisy yang datang dari Mekah dengan membawa peralatan perang yang lengkap dengan tujuan menghancurkan kaum Muslimin.

Di akhir ayat Allah swt. menegaskan bahwa tujuan untuk menegakkan agama Islam dan menghancurkan kemusyrikan itu pasti terwujud betapa pun sengitnya permusuhan dan kebencian orang-orang musyrikin.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Agar Allah menetapkan yang hak dan membatalkan) menghapus (kebatilan) yakni kekafiran (walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya) orang-orang musyrik tidak menyenangi hal itu.
««•»»
And that He might cause the truth to be realised and annul, efface, falsehood, disbelief, however much the sinners, the idolaters, were averse, to that.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 7][AYAT 9]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
8of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=8&tAyahNo=8&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#8:8

Jumat, 13 Februari 2015

[008] Al Anfaal Ayat 007

««•»»
Surah Al Anfaal 7

وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ
««•»»
wa-idz ya'idukumu allaahu ihdaa alththaa-ifatayni annahaa lakum watawadduuna anna ghayra dzaati alsysyawkati takuunu lakum wayuriidu allaahu an yuhiqqa alhaqqa bikalimaatihi wayaqtha'a daabira alkaafiriina 
««•»»
Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah {597} yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,
{597} Maksudnya kafilah Abu Sofyan yang membawa dagangan dari Siria. sedangkan kelompok yang datang dari Mekkah dibawah pimpinan Utbah bin Rabi`ah bersama Abu Jahal.
««•»»
When Allah promised you [victory over] one of the two companies, [saying], ‘It is for you,’ you were eager that it should be the one that was unarmed.[1] But Allah desires to confirm the truth with His words, and to root out the faithless,
[1] Literally, ‘one that was free of thorns.’ That is, one which was unarmed and, therefore, easy to encounter.
««•»»

Sesudah itu Allah swt. mengingatkan kaum Muslimin akan suatu peristiwa yang penting, yaitu pada saat Allah swt. menjanjikan kemenangan kepada kaum Muslimin melawan salah satu dari dua golongan yang dihadapi itu yaitu salah satu di antara rombongan berkuda yang membawa harta dagangan atau bala tentara Quraisy yang membawa peralatan perang yang lengkap. Pada saat itu kaum Muslimin cenderung memilih berhadapan dengan rombongan yang membawa dagangan yang jumlahnya tidak lebih dari 40 kuda. Hal ini adalah sebagai sindiran kepada sebagian kaum muslimin yang takut terlibat dalam peperangan, tetapi mereka ingin mendapat harta yang banyak.

Kecenderungan mereka ini jauh dari kebenaran, karena tujuan mereka telah berbelok pada kesenangan materiil. Yaitu mereka telah berbelok dari menegakkan tauhid dan menghancurkan kemusyrikan. Itulah sebabnya Allah swt. menjelaskan kepada mereka bahwa yang dikehendaki Allah tidak seperti yang mereka inginkan. Allah menghendaki agar kaum Muslimin menegakkan kebenaran sesuai dengan wahyu yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya yang menyatakan bahwa kemenangan itu akan diperoleh kaum Muslimin dari salah satu di antara dua rombongan. Sasaran tempur yang harus dipilih itu tidak dijelaskan adalah untuk melatih kaum Muslimin agar dapat menentukan pilihan serta menetapkan strategi perang dengan jalan menanggapi situasi dan menilainya dengan jalan bermusyawarah serta mendidik mereka agar menaati hasil keputusan.

Dalam pada itu Allah swt. menandaskan kehendak-Nya, yaitu untuk memusnahkan orang-orang musyrikin yang membangkang kepada agama Allah secara keseluruhan termasuk pula pendukung-pendukung mereka. Allah swt. menggambarkan hancurnya keseluruhan bala tentara kafir Quraisy dengan ungkapan hancurnya barisan belakang adalah usaha yang paling sulit, yang hanya dapat dilaksanakan apabila barisan depan telah dihancurkan terlebih dahulu. Tujuan utama ialah memusnahkan kaum musyrikin karena kemenangan kaum Muslimin melawan mereka dalam perang Badar adalah kemenangan pertama yang akan disusul oleh kemenangan-kemenangan yang lain pada peperangan-peperangan berikutnya, dan berakhir dengan penaklukan Mekah sebagai kemenangan total yang gilang-gemilang bagi kaum Muslimin dan kehancuran orang-orang kafir Quraisy secara menyeluruh.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan) ingatlah (ketika Allah menjanjikan kepadamu salah satu dari dua golongan) yakni rombongan kafilah atau pasukan bersenjata (bahwa salah satu dari dua golongan yang kamu hadapi adalah untukmu, sedangkan kamu menginginkan) kalian hanya menghendaki (bahwa golongan yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah) golongan yang tidak mempunyai kekuatan dan persenjataan, yaitu golongan kafilah dagang (yang untukmu) mengingat pengawalnya sedikit dan persenjataannya pun tidak lengkap, berbeda dengan golongan pasukan bersenjata (dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar) menampakkan yang benar (dengan ayat-ayat-Nya) yang dahulu melalui kemenangan Islam (dan memusnahkan orang-orang kafir) kekuatan mereka dengan mengalahkan mereka, maka Dia memerintahkan kalian untuk memerangi pasukan bersenjata mereka.
««•»»
And, remember, when God promised you one of the two parties, either the caravan or the band [of Meccan fighters], that it should be yours, and you longed, you were wishing, that other than the armed one, that is, [other than] the fighting one with the weapons, in other words, [you longed that] the caravan, should be yours, because it had fewer men and less reinforcements than the band [of Mecca fighters]; but God willed that the truth be realised, [He willed] to manifest it, by His, preceding, words, that Islam should triumph; and to cut the root of the disbelievers, to the very last man, by extirpating them, and so He commanded you to fight against the band.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 6][AYAT 8]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»» 
7of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=8&tAyahNo=7&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#8:7

[008] Al Anfaal Ayat 006

««•»» 
Surah Al Anfaal 6

يُجَادِلُونَكَ فِي الْحَقِّ بَعْدَ مَا تَبَيَّنَ كَأَنَّمَا يُسَاقُونَ إِلَى الْمَوْتِ وَهُمْ يَنْظُرُونَ 

««•»»
yujaadiluunaka fii alhaqqi ba'da maa tabayyana ka-annamaa yusaaquuna ilaa almawti wahum yanzhuruuna
««•»»
Mereka membantahmu tentang kebenaran sesudah nyata (bahwa mereka pasti menang), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebab kematian itu).
««•»»
They disputed with you concerning the truth after it had become clear, as if they were being driven towards death as they looked on.
««•»»

    Dalam ayat ini Allah swt. menjelaskan, bahwa di antara orang-orang mukmin ada yang membantah keputusan yang telah ditetapkan, yaitu keputusan menyerang musuh yang datang dari Mekah di bawah pimpinan Abu Jahal padahal keputusan itu adalah kebenaran yang sudah nyata dan mereka telah dijanjikan kemenangan oleh Allah di mana saja mereka berada. Akan tetapi mereka mengelak dari keputusan itu, karena lebih menyukai menghadapi rombongan musuh di bawah pimpinan Abu Sufyan.

Mereka mengelak untuk bertempur dengan pasukan musuh yang datang dari Mekah dan digambarkan oleh Allah seolah-olah mereka itu dihalau kepada kematian. Mereka memberikan alasan bahwa belum mempersiapkan segala-galanya untuk berperang.

Dalam hal ini mereka seolah-olah berusaha membelokkan pengertian bahwa janji kemenangan yang akan diberikan Allah kepada orang-orang Muslimin dari salah satu dua rombongan itu ialah kafilah Abu Sufyan. Hal ini adalah pendapat mereka saja dengan alasan tidak lengkapnya persiapan mereka untuk berperang.

Itulah sebabnya maka Allah swt. menggambarkan keadaan mereka seolah-olah mereka melihat sebab-sebab kematian itu. Apabila ditinjau dari segi strategi perang maka keputusan Nabi untuk menghadapi bala tentara Quraisy meskipun diperlengkapi dengan perlengkapan perang yang cukup adalah tepat, karena seumpama serangan mereka ditujukan kepada rombongan unta yang datang dari Syam, niscaya kaum Muslimin akan menjadi sasaran yang empuk bagi bala tentara Quraisy, karena orang-orang Quraisy dapat memukul kaum Muslimin dari belakang.

Hal ini karena bala tentara Quraisy sudah menduga sebelumnya bahwa orang-orang Islam sudah siap untuk menghadang rombongan unta.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Mereka membantahmu tentang kebenaran) yaitu tentang alternatif berperang (sesudah nyata) sesudah jelas bagi mereka bahwa mereka pasti menang (seolah-olah mereka dihalau kepada kematian sedang mereka melihat) kematian itu secara terang-terangan yang membuat mereka tidak senang kepadanya.
««•»»
They dispute with you concerning the truth, [the order] to fight, after it had become clear, [after it had] become evident to them, as though they were being driven to death while they looked, at it [death] with their very eyes, utterly averse to it.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 5][AYAT 7]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
6of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=8&tAyahNo=6&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#8:6

Rabu, 11 Februari 2015

[008] Al Anfaal Ayat 005

««•»»
Surah Al Anfaal 5

كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ
««•»»
kamaa akhrajaka rabbuka min baytika bialhaqqi wa-inna fariiqan mina almu/miniina lakaarihuuna
««•»»
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
««•»»
As your Lord brought you out from your home with a just cause, a part of the faithful were indeed reluctant.
««•»»

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa Dia mengatur pembagian harta rampasan perang itu secara adil sebagaimana juga Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada mereka pergi untuk bertempur untuk membela agama Allah secara adil pula. Timbullah perselisihan pendapat mereka mengenai harta rampasan perang sama halnya dengan perselisihan pendapat mereka sewaktu mereka dibawa pergi untuk menghadapi kafilah yang dipimpin Abu Sufyan atau pasukan kafir Quraisy yang datang dari Mekah untuk membela kafilah Abu Sufyan itu.

Maka apabila ada sebagian orang yang tidak menyukai ketetapan Allah mengenai pembagian harta rampasan perang, maka hal itu adalah tanda bahwa iman mereka belum benar sebagaimana juga halnya yang demikian itu terjadi pada saat menjelang perang Badar. Mereka itu tidak mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya enggan meninggalkan rumah untuk bertempur ke medan perang, karena mereka masih belum menjadi orang mukmin yang benar.

Di akhir ayat Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa sebagian dari orang mukmin ada yang tidak senang akan keputusan Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam untuk menyerang musuh ke luar kota. Hal ini disebabkan karena persiapan perang mereka belum lengkap. Namun anggapan serupa ini adalah tidak benar, karena betapa pun juga kesulitan yang akan mereka hadapi, semestinya mereka tidak boleh mengelak lagi, karena hal itu telah menjadi keputusan.

Perselisihan yang terjadi di antara mereka ini dapat diperhatikan dalam riwayat tersebut di bawah ini:

"Setelah Rasulullah mendengar berita bahwa Abu Sufyan bin Harb membawa rombongan unta dari Syam, Nabi menggerakkan kaum Muslimin untuk menghadangnya.

Nabi bersabda:
"Kafilah ini membawa harta benda (barang dagangan), maka pergilah kamu untuk menghadapinya boleh jadi Allah menjadikan harta benda itu sebagai rampasan perang bagi kamu."

Maka bergeraklah para sahabat. Di antara kaum muslimin itu ada yang tidak merasa keberatan, dan ada pula yang merasa keberatan, hal ini karena mereka tidak meyakini bahwa Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam akan menghadapi peperangan sedang Abu Sufyan pada ketika mendekati Hijaz telah mengerahkan orang-orang yang memata-matai untuk memperoleh keterangan dengan jalan menanyakan kepada orang-orang yang berkendaraan yang ditemuinya, sehingga ia memperoleh berita dari mereka itu bahwa Muhammad telah mengerahkan para sahabatnya untuk menghadapi kafilahnya.

Maka Abu Sufyan mengupah Damdam bin Amr Al-Giffari untuk pergi ke Mekah dan menyuruhnya supaya menemui orang-orang Quraisy agar mereka menggerakkan orang-orang melindungi harta mereka dan agar disampaikan berita bahwa Muhammad telah menghadang harta benda itu.

Sesudah itu pergilah Damdam bin Amr dengan segera ke Mekah, dan Rasul pun pergi bersama para sahabatnya sehingga sampai ke lembah yang disebut Zafran. Setelah beliau sampai di wadi itu, sampailah berita keberangkatan orang-orang Quraisy kepada beliau untuk melindungi kafilah mereka. Karena itu Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabatnya. Lalu Abu Bakar bangkit dan berkata mengemukakan tanggapan yang baik pula.

Sesudah itu Miqdad bin Amir bangkit dan berkata: "Ya Rasulullah! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah, kami selalu menyertaimu. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepadamu seperti apa yang telah dikatakan Bani Israil kepada Musa "pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanyalah duduk menanti di sini saja", tetapi pergilah engkau bersama-sama Tuhanmu, maka sungguh kami akan menyertaimu. Demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar! Andaikata kamu pergi membawa kami ke Barkil Gimad (sebuah kota di Habasyah) niscaya kami tetap bersamamu menuju kota itu, sehingga engkau sampai ke sana."

Kemudian Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam mengucapkan tanggapan yang baik dan berdoa untuknya dengan doa yang baik pula.

Sesudah itu Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
"Wahai manusia, berilah pertimbangan kepadaku!"

Perkataan itu ditujukan kepada orang-orang Ansar. Hal ini karena mereka telah berbaiat kepada Nabi di Aqabah. Mereka berkata: "Hai Rasulullah! Sebenarnya kami telah melindungi engkau hingga engkau tiba di negeri kami, maka apabila engkau telah sampai kepada kami, engkau telah berada di bawah perlindungan kami. Kami melindungi engkau sebagaimana kami melindungi anak-anak kami dan istri-istri kami."

Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam sebenarnya khawatir bahwa orang-orang Ansar tidak merasa perlu membantunya, terkecuali apabila musuh menyerang ke dalam kota, dan mereka tidak merasa berkewajiban membela Nabi apabila Nabi menyerang.

Maka setelah Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam mengatakan demikian, Sa'ad bin Mu'az berkata: "Demi Allah! Rupanya yang engkau maksud ialah kami (para Ansar)."

Nabi menjawab:
"Ya."

Kemudian Sa'ad berkata: "Sebenarnyalah kami telah beriman kepadamu dan telah membenarkan agamamu, serta menyaksikan bahwa apa yang engkau bawa itu telah memberikan perjanjian untuk dipatuhi, maka laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah. Maka demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, andaikata engkau mengajak kami menyeberang lautan, tentulah kami akan menyeberanginya, tidak ada seorang pun di antara kami yang berkeberatan dan tidak pula yang mengingkari apabila engkau mengajak kami menghadap musuh esok pagi. Sebenarnya kami ini adalah orang-orang yang tabah dalam peperangan serta ikhlas menghadapi musuh. Semoga Allah menampakkan kepadamu apa yang menyenangkan hatimu. Maka pergilah bersama kami di bawah lindungan Allah."

Sesudah itu Rasulullah merasa gembira dengan pendapat Sa'ad dan ketangkasannya menghadapi perang.

Kemudian Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
"Pergilah kamu di bawah lindungan Allah dan bergembiralah bahwa Allah telah menjanjikan kemenangan di antara dua barisan musuh. Demi Allah seolah-olah kami melihat musuh dalam keadaan tersungkur."
(H.R Ibnu Ishak dari Ibnu 'Abbas)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran) jar dan majrur berta`alluq pada lafal akhraja (padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya) yakni mereka tidak menyukai keluar bersama Nabi.
Jumlah kalimat maa akhrajaka dan seterusnya merupakan keterangan keadaan dari huruf kaf yang terdapat pada lafal kamaa. Kemudian lafal kamaa akhrajaka berkedudukan menjadi khabar atau kalimat berita dari mubtada yang dibuang, yakni keadaan yang tidak mereka sukai adalah sewaktu engkau diminta keluar sedangkan mereka tidak menyukai hal itu, padahal itu baik untuk mereka, demikianlah keadaan mereka.
Demikian itu karena Abu Sofyan yang datang membawa kafilah perdagangan dari negeri Syam, beritanya sampai kepada Nabi saw. Maka Nabi saw. segera keluar bersama para sahabat guna mencegah kafilah tersebut. Akan tetapi berita keberangkatannya diketahui oleh orang-orang Quraisy. Maka keluarlah Abu Jahal beserta pasukan perang kota Mekah untuk melindungi kafilahnya itu, mereka bersenjata lengkap dan banyak pasukannya.
Abu Sofyan membawa kafilahnya mengikuti jalan tepi pantai sehingga selamatlah mereka dari cegatan kaum Muslimin. Lalu ada yang berkata kepada Abu Jahal, "Mari kita kembali." Akan tetapi Abu Jahal menolak dan bahkan terus bermusyawarah dengan para sahabatnya; Nabi saw. bersabda kepada mereka, "Sesungguhnya Allah swt. telah menjanjikan kepadaku kemenangan atas salah satu dari dua rombongan," yaitu rombongan Abu Sofyan atau rombongan Abu Jahal.
Akhirnya mereka sepakat untuk memerangi pasukan yang bersenjata; tetapi sebagian dari kaum Mukminin tidak menyukai hal itu, mereka mengatakan, "Kami masih belum siap untuk menghadapi hal itu," sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya berikut dalam Ayat 6.

««•»»
As your Lord brought you forth from your home with the truth (bi’l-haqq is semantically connected to akhraja, ‘He brought forth’), and indeed a party of the believers were averse, to going forth (the [last] sentence is a circumstantial qualifier referring to the [suffixed pronoun] kāf in akhrajaka, ‘He brought you forth’; kamā, ‘as’, is the predicate of an omitted subject, in other words: their aversion to this state [of affairs of the booty being God’s and the Prophet’s] is similar to their aversion when you were brought forth [to fight], which had actually been better for them: likewise is this [state of affairs better for them]). It happened that Abū Sufyān was returning from Syria with a caravan. The Prophet (s) and his followers went forth to plunder it; but Quraysh became aware of this, and so Abū Jahl and some Meccan fighters rode out to defend it — these constituted the ‘band’. Abū Sufyān drove the caravan via the coastal route and it managed to escape. Abū Jahl was then advised to return, but he refused and marched on towards Badr. The Prophet (s) consulted with his followers, saying to them, ‘God has promised me one of the two parties’. So they agreed with him to attack the [Meccan] band, but some of them were averse to this, complaining, ‘We have not come prepared for this!’, as God, exalted be He, says in verse 6.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Murdawaih telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Ayyub Al-Anshari r.a. yang telah menceritakan, bahwa ketika kami berada di Madinah, Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam telah menerima berita, bahwa kafilah Abu Sofyan telah kembali.

Maka Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda kepada kami,
"Bagaimana menurut pendapat kalian tentang kafilah tersebut, semoga Allah menjadikannya sebagai barang ganimah buat kita dan menyelamatkan kita."

Maka kami keluar dan melakukan perjalanan selama satu atau dua hari.

Lalu Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda,
"Apakah yang telah kalian lihat mengenai keadaan mereka?"

Kami berkata, "Wahai Rasulullah! Kami tidak mempunyai kekuatan yang memadai untuk memerangi kaum itu. Karena sesungguhnya kami keluar hanya untuk menghadang kafilah perdagangan."

Lalu kala itu Al-Miqdad berkata, "Janganlah kalian mengatakan seperti apa yang telah dikatakan oleh kaum Musa, 'Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.'"
(QS. Al Maidah [5];24).

Maka ketika itu turunlah firman-Nya, "Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya."
(QS. Al Anfaal [8]:5).

Ibnu Jarir telah mengetengahkan pula hadis yang serupa melalui Abdullah bin Abbas r.a.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 4][AYAT 6]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
5of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=8&tAyahNo=5&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#8:5

[008] Al Anfaal Ayat 004

««•»»
Surah Al Anfaal 4

أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
««•»»
ulaa-ika humu almu/minuuna haqqan lahum darajaatun 'inda rabbihim wamaghfiratun warizqun kariimun
««•»»
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (ni'mat) yang mulia.
««•»»
It is they who are truly the faithful. They shall have ranks near their Lord, forgiveness and a noble provision.
««•»»

Sesudah itu Allah swt. menegaskan bahwa orang-orang yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut adalah orang-orang mukmin yang benar. Ibnu Hazm menjelaskan bahwa sifat-sifat ini adalah sifal-sifat yang dapat diketahui dari dirinya, maka apabila seseorang mengetahui bahwa dirinya telah beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya Muhammad saw. dan meyakini bahwa apa yang dibawa Nabi itu benar, sedang orang itu mengikrarkan semua pengakuannya itu dengan lisan, maka wajiblah ia mengatakan bahwa ia telah menjadi orang mukmin yang benar.

Di akhir ayat Allah swt. menjelaskan imbalan yang akan diterima oleh orang-orang mukmin yang benar-benar beriman dan menghiasi dirinya dengan sifat sifat yang telah disebutkan, yaitu mereka akan memperoleh derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia di sisi Allah. Hal ini adalah karena kuasa Allah semata. Allah berkuasa menciptakan segala macam bentuk kehidupan, maka Dia berkuasa pula memberikan keutamaan kepada makhluk-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.

Derajat yang tinggi itu dapat berupa keutamaan hidup di dunia dan dapat berupa keutamaan hidup di akhirat, atau kedua-duanya.

Allah berfirman: 
الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
(QS At Taubah [9]:20)

Dan firman Allah swt.: 
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat.
(QS Al An'am [6]:165)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Itulah) orang-orang yang berciri khas seperti tadi (mereka orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya) yang tidak diragukan lagi keimanannya. (Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian) kedudukan-kedudukan di surga (di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki yang mulia) di surga.
««•»»
Those, described in the way mentioned, are the true, the real, believers, without doubt. For them are ranks, stations in Paradise, with their Lord, and forgiveness, and generous provision, in Paradise.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 3][AYAT 5]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
4of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://al-quran.info/#8:4

[008] Al Anfaal Ayat 003

««•»»
Surah Al Anfaal 3

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
««•»»
alladziina yuqiimuuna alshshalaata wamimmaa razaqnaahum yunfiquuna
««•»»
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
««•»»
maintain the prayer and spend out of what We have provided them.
««•»»

Kemudian daripada itu Allah swt. menjelaskan sifat-sifat lahiriyah dari orang-orang muslim sebagai kelanjutan dari sifat-sifat yang telah lalu.

Sifat yang keempat:

Ialah mereka yang mendirikan salat secara tetap dan sempurna syarat-syarat atau rukun-rukunnya, serta tepat pada waktunya, sedang jiwanya khusyuk mengikuti gerak lahiriyah dan tunduk semata kepada Allah swt.

Sifat yang kelima:

Ialah mereka yang membelanjakan sebagian dari harta yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan membelanjakan harta dalam ayat ini ialah pengeluaran zakat, memberi nafkah kepada keluarga dekat atau pun jauh atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan agama serta kemaslahatan umat.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Yaitu orang-orang yang mendirikan salat) mereka menunaikannya sesuai dengan ketentuan-ketentuannya (dan sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada mereka) Kami anugerahkan kepada mereka (mereka menafkahkannya) demi taat kepada Allah.
««•»»
Those who observe the prayers, performing them as they ought to be [performed], and who expend, in obedience to God, from that with which We have provided them.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 2][AYAT 4]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
3of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://al-quran.info/#8:3

Selasa, 10 Februari 2015

[008] Al Anfaal Ayat 002

««•»»
Surah Al Anfaal 2

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
««•»»
innamaa almu/minuuna alladziina idzaa dzukira allaahu wajilat quluubuhum wa-idzaa tuliyat 'alayhim aayaatuhu zaadat-hum iimaanan wa'alaa rabbihim yatawakkaluuna
««•»»
Sesungguhnya orang-orang yang beriman {594} ialah mereka yang bila disebut nama Allah {595} gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
{594} Maksudnya: orang yang sempurna imannya.
{595} Dimaksud dengan disebut nama Allah Ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya.
««•»»
The faithful are only those whose hearts tremble [with awe] when Allah is mentioned, and when His signs are recited to them, they[1] increase their faith, and who put their trust in their Lord,
[1] That is, the signs of Allah, when they are recited to the faithful.
««•»»

Allah swt. menjelaskan bahwa orang-orang mukmin ialah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini. Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya.

Sifat yang pertama:

Ialah mereka yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hatinya karena ingat keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbullah dalam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Dalam pada itu mereka merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya.

Gemetarlah hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut adalah sikap mental yang bersifat abstrak yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik dalam perbuatan.

Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan sebagaimana tergambar dalam firman Allah:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.
(QS Al Mu'minun [23]:60)

Dan adakalanya tampak pada gerak-gerik dalam perbuatan, firman Allah swt.:

إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ إِنَّا مِنْكُمْ وَجِلُونَ
Ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mereka mengucapkan "salam". Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu."
(QS Al Hijr [15]:52)

Sifat yang kedua:

Ialah mereka yang apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambah iman mereka karena ayat-ayat itu mengandung dalil-dalil yang kuat yang mempengaruhi jiwanya sedemikian rupa, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, sedang anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya.

Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya,

Rasulullah bersabda: 
الأيمان بضع وسبعون شعبة أعلاها شهادة أن لا إله إلا الله وأدناها إماطة الأذى عن الطريق
Iman itu ada 79 cabang yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.
(H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa bertambahnya iman seseorang tampak apabila ia lebih giat beramal. Iman dan amal adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan.

Firman Allah swt.: 
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu karena itu takutlah pada mereka." Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadikan Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
(QS Ali Imran [3]:173)

Dan firman Allah: 
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan memang benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.
(QS Al Ahzab [33]:22)

Sifat yang ketiga:

Ialah mereka yang bertawakal hanya kepada Allah Yang Maha Esa, tidak berserah diri kepada yang lain-Nya. Tawakal adalah tingkat tinggi dan tangga tauhid, dan merupakan senjata terakhir dan rentetan usaha seseorang dalam mewujudkan serentetan amal setelah dipersiapkan sarana-sarana dan syarat-syarat yang diperlukan guna terwujudnya rangkaian amal itu. Hal ini dapat dipahami, karena pada hakikatnya segala macam gerak dan perbuatan hanyalah terwujud menurut hukum-hukum yang berlaku yang tunduk di bawah kekuasaan Allah. Maka tidak benarlah apabila seseorang itu berserah diri kepada selain Allah.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu) yang sempurna keimanannya (adalah mereka yang apabila disebut Allah) yakni ancaman-Nya (gemetarlah) karena takut (hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah keimanan mereka) kepercayaan mereka (dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal) hanya kepada Rabblah mereka percaya bukan kepada selain-Nya.
««•»»
The believers, those whose faith is complete, are only those who, when God is mentioned, that is, when His threat of punishment [is mentioned], their hearts tremble, fear, and when His verses are recited to them, they increase their faith, their acceptance of the truth, and who rely upon their Lord, [who] put their trust in Him [alone], and not in any other.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 1][AYAT 3]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
2of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=8&tAyahNo=2&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#8:2

[008] Al Anfaal Ayat 001

««•»»
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
««•»»
bismi allaahi alrrahmaani alrrahiimi
««•»»
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
««•»»
In the Name of Allah, the All-beneficent, the All-merciful.
««•»»

Surah Al Anfaal 1

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنْفَالِ قُلِ الْأَنْفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
««•»»
yas-aluunaka 'ani al-anfaali quli al-anfaalu lillaahi waalrrasuuli faittaquu allaaha wa-ashlihuu dzaata baynikum wa-athii'uu allaaha warasuulahu in kuntum mu/miniina
««•»»
Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul {593}, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman."
{593} Maksudnya: pembagian harta rampasan itu menurut ketentuan Allah dan RasulNya.
««•»»
They ask you concerning the anfāl.[1] Say, ‘The anfāl belong to Allah and the Apostle.’ So be wary of Allah and settle your differences, and obey Allah and His Apostle, should you be faithful.
[1] Or, ‘They ask you for the anfāl,’ according to an alternate reading (yasʾalūnaka al-anfāl). In the present Qurʿānic context, the term anfāl refers to the spoils of war.
««•»»

Ayat ini membicarakan persoalan harta rampasan perang yang diperoleh kaum Muslimin setelah usainya perang Badar Kubra. Perang ini berakhir dengan kemenangan kaum Muslimin. Mereka memperoleh harta rampasan perang yang banyak.

Al-Anfal (Al-Ganimah) ialah segala macam harta yang diperoleh kaum Muslimin dari musuh dalam medan pertempuran. Harta rampasan perang dinamakan Al-Anfal (bentuk jamak dari Nafal) karena harta-harta ini menjadi harta kekayaan kaum Muslimin.

Setelah kaum Muslimin memperoleh harta rampasan perang itu, terjadilah perselisihan pendapat di antara mereka yang ikut berperang. Perselisihan itu mengenai cara-cara pembagiannya, dan pihak-pihak manakah yang berhak mendapatnya. Pihak pemuda ataukah pihak orang-orang tua, pihak-pihak orang Muhajirin atau pihak Ansar, ataukah pula masing-masing pihak sama-sama mendapat bagian. Persoalan itu dibawa kepada Rasulullah saw. agar mendapat keputusan yang adil.

Perselisihan kaum Muslimin tentang harta rampasan perang yang menjadi latar belakang turunnya ayat ini diriwayatkan Ubadah bin Shamit, katanya:

خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فشهدت معه بدرا فالتقى الناس فهزم الله تعالى العدو، فانطلقت طائفة في آثارهم يهزمون ويقتلون وأقبلت طائفة على العسكرى يحوزون ويجمعونه وأحدقت طائفة برسول الله صلى الله عليه وسلم لا يصيب العدوا منه غرة حتى إذا كان الليل وفاء الناس بعضهم إلى بعض قال الذين جمعوا الغنائم: نحن هويناها وجمعنا ها، فليس لأحد فيها نصيب وقال الذين خرجوا فى طاب العدو: لستم بأحق بها منا نحن نفينا عنها العدو وهزمنا هم وقال الذين أحدقوا برسول الله صلى الله عليه وسلم: لستم بأحق بها منا نحن أحدقنا برسول الله صلى الله عليه وسلم وخفنا أن يصيب العدو منه غرة واشتغلنا به فنزلت: (يسئلونك عن الأنفال) الأية فقسمها رسول الله صلى الله عليه وسلم على فواق من المسلمين
Kami pergi bersama-sama Rasulullah dan saya turut menghadiri Badar. Orang-orang pun telah berhadapan muka satu dengan yang lain. Maka Allah telah menghancurkan musuh-musuhnya. Kemudian satu kelompok mengejar sambil menyerang dan menggempur musuh, dan satu kelompok menghadapi barisan untuk menghimpun mereka, dan sekelompok lagi melindungi Rasulullah saw. agar musuh tidak menyerang diri beliau secara tiba-tiba. (Peristiwa ini berlangsung) hingga malam tiba dan orang-orang telah bergabung kembali satu dengan yang lain. Orang-orang yang bertugas mengumpulkan harta rampasan perang berkata: "Kamilah yang merampas dan mengumpulkannya, maka tak ada seorang pun yang mendapat bagian selain kami." Sedang orang-orang yang maju mengejar musuh berkata: "Kamu tidak lebih berhak untuk mendapatkannya daripada kami. Kamilah yang merampas harta rampasan perang itu dan kamilah yang menyerang mereka." Sedang Orang-orang yang melindungi Rasulullah, berkata: "Kamu tiadalah lebih berhak untuk mendapatkannya daripada kami, Kamilah yang melindungi Rasulullah, sedang kami khawatir kalau-kalau musuh menyerang beliau, kami sibuk melindungi beliau." Maka turunlah ayat ini. Setelah itu Rasulullah saw. membagi harta rampasan itu di antara kelompok kaum muslimin."
(H.R Ahmad dan Al Bukhari dari Ubadah bin Samit)

Sebagai jawaban atas pertanyaan kaum Muslimin itu Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah saw. untuk menetapkan hukumnya, bahwa harta rampasan perang itu adalah hak Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu yang menentukan pembagian harta rampasan itu bukan regu pemuda atau bukan regu orang-orang tua, bukan orang-orang Muhajirin atau orang-orang Ansar, bukan pula regu penyerang, regu pelindung, atau regu pengumpul harta rampasan perang tetapi Allahlah yang menentukan dengan wahyu-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Rasulullah membagi harta rampasan perang itu secara merata di antara kaum Muslimin.

Dalam ketentuan ini terkandung pelajaran yang tinggi bagi kaum Muslimin agar mereka tidak beranggapan, bahwa harta rampasan perang yang mereka peroleh itu merupakan imbalan jasa peperangan, tetapi semata-mata mereka peroleh karena karunia Allah. Kalau mereka beranggapan bahwa harta rampasan perang itu mereka peroleh sebagai imbalan jasa, maka perjuangan mereka tidak murni lagi, tidak semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya. Dan memberi dorongan pula kepada kaum Muslimin agar mereka dalam menghadapi tanggungjawab yang berat, hendaklah mereka hadapi secara bersama-sama, dan apabila mendapat kenikmatan supaya dirasakan bersama-sama pula.

Mengenai pembagian harta rampasan perang secara terperinci akan diuraikan penafsirannya pada ayat 41 surah ini. Allah swt. memerintahkan pula kepada Rasulullah saw. agar kaum Muslimin bertakwa, menjauhi perselisihan dan persengketaan yang biasanya menimbulkan kesusahan dan menjerumuskan mereka kepada kemurkaan Allah. Takwa diperlukan dalam setiap keadaan, terlebih-lebih dalam peperangan, akibat perselisihan dapat dirasakan, yaitu mengganggu persatuan dan menyebabkan perpecahan yang mengakibatkan kekalahan.

Sesudah itu Allah swt. memerintahkan agar kaum Muslimin memperbaiki hubungan sesama muslim, yaitu menjalin cinta kasih dan memperkokoh kesatuan pendapat. Hal inilah yang dapat mengikat mereka dalam kesatuan gerak dalam mencapai cita-cita bersama, yaitu mempertinggi kalimat Allah. Persatuan dan kesatuan ini menjadi dasar kekuatan umat dalam segala bidang. Itulah sebabnya, maka memperbaiki hubungan di antara sesama muslim diwajibkan agar kaum Muslimin menyadari akan kepentingannya, yaitu menghindari bahaya yang mengancam mereka, bahaya keretakan yang mengguncangkan kesatuan umat. Hal ini jelas tergambar pada saat terjadinya perselisihan yang terjadi di antara kelompok-kelompok karena yang satu merasa lebih berjasa dari kelompok yang lain. Demikian pula hal ini terjadi karena mereka melupakan tugas mereka yang penting, yaitu bahwa tugas mempertahankan kebenaran itu adalah tugas keseluruhan mereka.

Pada akhir ayat Allah swt. menegaskan agar kaum muslimin menaati Allah dan Rasul dalam hal ini menaati macam ketentuan perang, yaitu yang disampaikan kepada Rasulullah saw. dengan perantaraan wahyu. Ketentuan Allah wajib ditaati, lantaran Dia itu Tuhan seru sekalian alam dan Yang Maha Kuasa, sedang taat kepada Rasul dalam urusan agama berarti taat kepada Allah karena dialah yang menyampaikan agama itu dan memberikan penjelasan yang tertuang dalam perkataan, perbuatan serta keputusannya.

Perintah ini ditegaskan pada saat kaum muslimin dalam keadaan bersengketa mengenai pembagian harta rampasan perang untuk mengingatkan mereka bahwa dalam saat-saat bagaimana pun juga kaum muslimin harus tetap menaati Allah dan Rasul-Nya, agar mereka tidak tersesat kepada perpecahan karena ambisi golongan dan kemauan hawa nafsu yang biasanya menjerumuskan mereka kepada kehancuran.

Di dalam ayat ini terdapat beberapa anasir penting yang dapat memelihara kesatuan umat; yaitu takwa, memperbaiki hubungan sesama muslim, dan menaati Allah dan Rasul di dalam setiap keadaan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Mereka menanyakan kepadamu) hai Muhammad (tentang harta rampasan) perang, siapakah yang berhak menerimanya (Katakanlah,) kepada mereka ("Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan rasul-Nya) harta rampasan perang itu terserah menurut kesukaan Allah dan rasul-Nya; kemudian Rasulullah saw. membagi-bagikan harta rampasan itu secara merata kepada mereka semuanya. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrak (sebab itu bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu) yakni jalinlah kembali hubungan antara kalian dengan penuh kecintaan dan tinggalkanlah persengketaan (dan taatlah kalian kepada Allah dan rasul-Nya, jika kamu adalah orang-orang yang beriman.") yang benar-benar beriman.
««•»»
‘They question you, O Muhammad (s), concerning the spoils of war — the booty — to whom do they belong? Say, to them: ‘The spoils of war belong to God, Who places them where He will, and the Messenger, who divides them according to God’s command. The Prophet (s) divided these [spoils] between them equally, as reported by al-Hākim in his al-Mustadrak. So fear God and set things right between you, that is, [set right] the reality of that [state of affairs] which is between you, through mutual affection and the refraining from quarrelling; and obey God and His Messenger, if you are, truly, believers’.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 2]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
1of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=8&tAyahNo=1&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#8:1

Rabu, 04 Februari 2015

[008] Al Anfaal 2of2

2of2

075 Verses • revealed at Medinan.
««•»»
»The surah that answers the question that the believers put to the Prophet regarding how God and His Messenger would have them distribute The spoils, after the believers had differed among themselves about its disbursement. It takes its name from the term “spoils” (al-anfāl) mentioned in verse 1. The main part of this surah is a comment on the Battle of Badr (year 2/624), the first fought between the Muslims and their Meccan opponents. The Muslims, some of whom were at first reluctant to fight, won in spite of being vastly outnumbered, and began to question the distribution of the gains (spoils of war). The surah reminds them that it was God who brought about the victory. Verse 41 shows how the gains were to be distributed. It advises Muslims and comments on the role of the hypocrites and on those who always break their treaties (verse 50), ending with a statement about loyalties and alliances.«

The surah is also known as: Battle Gains, Booty, The Spoils of War.
««•»»
•[AYAT 001]•[AYAT 002]•[AYAT 003]•[AYAT 004]•[AYAT 005]•[AYAT 006]•[AYAT 007]•[AYAT 008]•[AYAT 009]•[AYAT 010]•[AYAT 011]•[AYAT 012]•[AYAT 013]•[AYAT 014]•[AYAT 015]•[AYAT 016]•[AYAT 017]•[AYAT 018]•[AYAT 019]•[AYAT 020]•[AYAT 021]•[AYAT 022]•[AYAT 023]•[AYAT 024]•[AYAT 025]•[AYAT 026]•[AYAT 027]•[AYAT 028]•[AYAT 029]•[AYAT 030]•[AYAT 031]•[AYAT 032]•[AYAT 033]•[AYAT 034]•[AYAT 035]•[AYAT 036]•[AYAT 037]•[AYAT 038]•[AYAT 039]•[AYAT 040]•[AYAT 041]•[AYAT 042]•[AYAT 043]•[AYAT 044]•[AYAT 045]•[AYAT 046]•[AYAT 047]•[AYAT 048]•[AYAT 049]•[AYAT 050]•
•[AYAT 051]•[AYAT 052]•[AYAT 053]•[AYAT 054]•[AYAT 055]•[AYAT 056]•[AYAT 057]•[AYAT 058]•[AYAT 059]•[AYAT 060]•[AYAT 061]•[AYAT 062]•[AYAT 063]•[AYAT 064]•[AYAT 065]•[AYAT 066]•[AYAT 067]•[AYAT 068]•[AYAT 069]•[AYAT 070]•[AYAT 071]•[AYAT 072]•[AYAT 073]•[AYAT 074]•[AYAT 075]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
Sumber: Al-Quran (القرآن) — Online Quran Project — Translation and Tafsir
http://al-quran.info/#8