
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ
««•»»
kamaa akhrajaka rabbuka min baytika bialhaqqi wa-inna fariiqan mina almu/miniina lakaarihuuna
««•»»
Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dan rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya,
««•»»
As your Lord brought you out from your home with a just cause, a part of the faithful were indeed reluctant.
««•»»
Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa Dia mengatur pembagian harta rampasan perang itu secara adil sebagaimana juga Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada mereka pergi untuk bertempur untuk membela agama Allah secara adil pula. Timbullah perselisihan pendapat mereka mengenai harta rampasan perang sama halnya dengan perselisihan pendapat mereka sewaktu mereka dibawa pergi untuk menghadapi kafilah yang dipimpin Abu Sufyan atau pasukan kafir Quraisy yang datang dari Mekah untuk membela kafilah Abu Sufyan itu.
Maka apabila ada sebagian orang yang tidak menyukai ketetapan Allah mengenai pembagian harta rampasan perang, maka hal itu adalah tanda bahwa iman mereka belum benar sebagaimana juga halnya yang demikian itu terjadi pada saat menjelang perang Badar. Mereka itu tidak mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya enggan meninggalkan rumah untuk bertempur ke medan perang, karena mereka masih belum menjadi orang mukmin yang benar.
Di akhir ayat Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahwa sebagian dari orang mukmin ada yang tidak senang akan keputusan Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam untuk menyerang musuh ke luar kota. Hal ini disebabkan karena persiapan perang mereka belum lengkap. Namun anggapan serupa ini adalah tidak benar, karena betapa pun juga kesulitan yang akan mereka hadapi, semestinya mereka tidak boleh mengelak lagi, karena hal itu telah menjadi keputusan.
Perselisihan yang terjadi di antara mereka ini dapat diperhatikan dalam riwayat tersebut di bawah ini:
"Setelah Rasulullah mendengar berita bahwa Abu Sufyan bin Harb membawa rombongan unta dari Syam, Nabi menggerakkan kaum Muslimin untuk menghadangnya.
Nabi bersabda:
"Kafilah ini membawa harta benda (barang dagangan), maka pergilah kamu untuk menghadapinya boleh jadi Allah menjadikan harta benda itu sebagai rampasan perang bagi kamu."
Maka bergeraklah para sahabat. Di antara kaum muslimin itu ada yang tidak merasa keberatan, dan ada pula yang merasa keberatan, hal ini karena mereka tidak meyakini bahwa Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam akan menghadapi peperangan sedang Abu Sufyan pada ketika mendekati Hijaz telah mengerahkan orang-orang yang memata-matai untuk memperoleh keterangan dengan jalan menanyakan kepada orang-orang yang berkendaraan yang ditemuinya, sehingga ia memperoleh berita dari mereka itu bahwa Muhammad telah mengerahkan para sahabatnya untuk menghadapi kafilahnya.
Maka Abu Sufyan mengupah Damdam bin Amr Al-Giffari untuk pergi ke Mekah dan menyuruhnya supaya menemui orang-orang Quraisy agar mereka menggerakkan orang-orang melindungi harta mereka dan agar disampaikan berita bahwa Muhammad telah menghadang harta benda itu.
Sesudah itu pergilah Damdam bin Amr dengan segera ke Mekah, dan Rasul pun pergi bersama para sahabatnya sehingga sampai ke lembah yang disebut Zafran. Setelah beliau sampai di wadi itu, sampailah berita keberangkatan orang-orang Quraisy kepada beliau untuk melindungi kafilah mereka. Karena itu Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabatnya. Lalu Abu Bakar bangkit dan berkata mengemukakan tanggapan yang baik pula.
Sesudah itu Miqdad bin Amir bangkit dan berkata: "Ya Rasulullah! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah, kami selalu menyertaimu. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepadamu seperti apa yang telah dikatakan Bani Israil kepada Musa "pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanyalah duduk menanti di sini saja", tetapi pergilah engkau bersama-sama Tuhanmu, maka sungguh kami akan menyertaimu. Demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar! Andaikata kamu pergi membawa kami ke Barkil Gimad (sebuah kota di Habasyah) niscaya kami tetap bersamamu menuju kota itu, sehingga engkau sampai ke sana."
Kemudian Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam mengucapkan tanggapan yang baik dan berdoa untuknya dengan doa yang baik pula.
Sesudah itu Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
"Wahai manusia, berilah pertimbangan kepadaku!"
Perkataan itu ditujukan kepada orang-orang Ansar. Hal ini karena mereka telah berbaiat kepada Nabi di Aqabah. Mereka berkata: "Hai Rasulullah! Sebenarnya kami telah melindungi engkau hingga engkau tiba di negeri kami, maka apabila engkau telah sampai kepada kami, engkau telah berada di bawah perlindungan kami. Kami melindungi engkau sebagaimana kami melindungi anak-anak kami dan istri-istri kami."
Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam sebenarnya khawatir bahwa orang-orang Ansar tidak merasa perlu membantunya, terkecuali apabila musuh menyerang ke dalam kota, dan mereka tidak merasa berkewajiban membela Nabi apabila Nabi menyerang.
Maka setelah Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam mengatakan demikian, Sa'ad bin Mu'az berkata: "Demi Allah! Rupanya yang engkau maksud ialah kami (para Ansar)."
Nabi menjawab:
"Ya."
Kemudian Sa'ad berkata: "Sebenarnyalah kami telah beriman kepadamu dan telah membenarkan agamamu, serta menyaksikan bahwa apa yang engkau bawa itu telah memberikan perjanjian untuk dipatuhi, maka laksanakanlah apa yang telah diperintahkan Allah. Maka demi Tuhan yang mengutusmu dengan benar, andaikata engkau mengajak kami menyeberang lautan, tentulah kami akan menyeberanginya, tidak ada seorang pun di antara kami yang berkeberatan dan tidak pula yang mengingkari apabila engkau mengajak kami menghadap musuh esok pagi. Sebenarnya kami ini adalah orang-orang yang tabah dalam peperangan serta ikhlas menghadapi musuh. Semoga Allah menampakkan kepadamu apa yang menyenangkan hatimu. Maka pergilah bersama kami di bawah lindungan Allah."
Sesudah itu Rasulullah merasa gembira dengan pendapat Sa'ad dan ketangkasannya menghadapi perang.
Kemudian Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda:
"Pergilah kamu di bawah lindungan Allah dan bergembiralah bahwa Allah telah menjanjikan kemenangan di antara dua barisan musuh. Demi Allah seolah-olah kami melihat musuh dalam keadaan tersungkur."
(H.R Ibnu Ishak dari Ibnu 'Abbas)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran) jar dan majrur berta`alluq pada lafal akhraja (padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya) yakni mereka tidak menyukai keluar bersama Nabi.
Jumlah kalimat maa akhrajaka dan seterusnya merupakan keterangan keadaan dari huruf kaf yang terdapat pada lafal kamaa. Kemudian lafal kamaa akhrajaka berkedudukan menjadi khabar atau kalimat berita dari mubtada yang dibuang, yakni keadaan yang tidak mereka sukai adalah sewaktu engkau diminta keluar sedangkan mereka tidak menyukai hal itu, padahal itu baik untuk mereka, demikianlah keadaan mereka.
Demikian itu karena Abu Sofyan yang datang membawa kafilah perdagangan dari negeri Syam, beritanya sampai kepada Nabi saw. Maka Nabi saw. segera keluar bersama para sahabat guna mencegah kafilah tersebut. Akan tetapi berita keberangkatannya diketahui oleh orang-orang Quraisy. Maka keluarlah Abu Jahal beserta pasukan perang kota Mekah untuk melindungi kafilahnya itu, mereka bersenjata lengkap dan banyak pasukannya.
Abu Sofyan membawa kafilahnya mengikuti jalan tepi pantai sehingga selamatlah mereka dari cegatan kaum Muslimin. Lalu ada yang berkata kepada Abu Jahal, "Mari kita kembali." Akan tetapi Abu Jahal menolak dan bahkan terus bermusyawarah dengan para sahabatnya; Nabi saw. bersabda kepada mereka, "Sesungguhnya Allah swt. telah menjanjikan kepadaku kemenangan atas salah satu dari dua rombongan," yaitu rombongan Abu Sofyan atau rombongan Abu Jahal.
Akhirnya mereka sepakat untuk memerangi pasukan yang bersenjata; tetapi sebagian dari kaum Mukminin tidak menyukai hal itu, mereka mengatakan, "Kami masih belum siap untuk menghadapi hal itu," sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya berikut dalam Ayat 6.
««•»»
As your Lord brought you forth from your home with the truth (bi’l-haqq is semantically connected to akhraja, ‘He brought forth’), and indeed a party of the believers were averse, to going forth (the [last] sentence is a circumstantial qualifier referring to the [suffixed pronoun] kāf in akhrajaka, ‘He brought you forth’; kamā, ‘as’, is the predicate of an omitted subject, in other words: their aversion to this state [of affairs of the booty being God’s and the Prophet’s] is similar to their aversion when you were brought forth [to fight], which had actually been better for them: likewise is this [state of affairs better for them]). It happened that Abū Sufyān was returning from Syria with a caravan. The Prophet (s) and his followers went forth to plunder it; but Quraysh became aware of this, and so Abū Jahl and some Meccan fighters rode out to defend it — these constituted the ‘band’. Abū Sufyān drove the caravan via the coastal route and it managed to escape. Abū Jahl was then advised to return, but he refused and marched on towards Badr. The Prophet (s) consulted with his followers, saying to them, ‘God has promised me one of the two parties’. So they agreed with him to attack the [Meccan] band, but some of them were averse to this, complaining, ‘We have not come prepared for this!’, as God, exalted be He, says in verse 6.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Murdawaih telah mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Ayyub Al-Anshari r.a. yang telah menceritakan, bahwa ketika kami berada di Madinah, Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam telah menerima berita, bahwa kafilah Abu Sofyan telah kembali.
Maka Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda kepada kami,
"Bagaimana menurut pendapat kalian tentang kafilah tersebut, semoga Allah menjadikannya sebagai barang ganimah buat kita dan menyelamatkan kita."
Maka kami keluar dan melakukan perjalanan selama satu atau dua hari.
Lalu Rasulullah Shalallaahu 'Alayhi Wasallam bersabda,
"Apakah yang telah kalian lihat mengenai keadaan mereka?"
Kami berkata, "Wahai Rasulullah! Kami tidak mempunyai kekuatan yang memadai untuk memerangi kaum itu. Karena sesungguhnya kami keluar hanya untuk menghadang kafilah perdagangan."
Lalu kala itu Al-Miqdad berkata, "Janganlah kalian mengatakan seperti apa yang telah dikatakan oleh kaum Musa, 'Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.'"
(QS. Al Maidah [5];24).
Maka ketika itu turunlah firman-Nya, "Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya."
(QS. Al Anfaal [8]:5).
Ibnu Jarir telah mengetengahkan pula hadis yang serupa melalui Abdullah bin Abbas r.a.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 4]•[AYAT 6]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
5of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=8&tAyahNo=5&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#8:5
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
5of75
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=8&tAyahNo=5&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#8:5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar